PEREMPUAN

Tulisan kali ini memang berisi curhatan yang terngiang-ngiang di pikiran..

Selama hampir sepuluh bulan, saya berada di lingkungan baru, lingkungan yang saya kira orang-orangnya sama saja seperti lingkungan saya sebelumnya. Lingkungan ini tidak semuanya seusia dengan saya, malahan sebagian besar lebih dewasa umurnya dibandingkan saya. Tentunya orang-orang tersebut dan termasuk saya memiliki latar belakang berbeda, namun disatukan karena adanya tuntutan.

Ada beberapa kebiasaan yang sedikit banyak membuat saya kaget, bisa dibilang saya mengalami ‘culture shock’. Namun, ini bukan sekali saya berpindah dari lingkungan lama ke lingkungan baru, jadi saya mencoba untuk membiasakan diri namun sebisa mungkin ambil kebiasaan yang baik saja.

Di lingkungan yang baru ini masih saja ada yang mengganjal dan bertentangan dengan idealis yang saya bawa, yaitu terkait perempuan dan fisik manusia. Dua hal itu sebagian kecil dari idealis saya yang selalu dipegang dan sebisa mungkin tidak boleh tergoyahkan.

“Perempuan”, saya terlahir berjenis kelamin perempuan dan saya bangga akan hal itu. Terkait perempuan, saya membenci ada percakapan atau cuplikan teks (atau apapun) yang menggambarkan bahwa perempuan itu lemah; perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi; perempuan itu tidak perlu pintar; perempuan itu ujung-ujungnya di dapur; perempuan itu harus nurut dengan pasangan; perempuan itu yang mengurus rumah, anak, dan suami; perempuan itu hashkdndjkamadxz.

“Fisik manusia”, fisik manusia atau badan manusia itu adalah hal yang tidak bisa dikendalikan atau direncanakan saat kita terlahir di dunia (kecuali dari nutrisi ibu yaa). Semuanya sudah ditakdirkan oleh Tuhan YME, kita tidak punya kendali untuk protes dengan tuhan. Karena kita sudah tahu kalau semua orang dilahirkan tidak mempunyai kendali dan tidak ada waktu untuk merevisi nya, maka yang bisa dilakukan hanya bersyukur, menerima, menjaga, dan merawatnya. Maka tidak boleh sebagai sesama ‘manusia’ untuk menghina atau membandingkan terkait fisik badan kita.

Itu adalah alasan saya.

Saya merasa di lingkungan baru saya sekarang, masih saja saya menemukan adanya orang-orang yang berpikiran dan berbicara seenaknya, khususnya terkait dua hal tersebut. Dan sebagian besar yang membahas nya adalah laki-laki. Sejujurnya saya merasa marah dan sekaligus geli akan permikiran mereka. Menurut saya, pemikiran mereka tersebut terlalu dangkal untuk dikeluarkan. Mereka merasa apa yang dimiliki sudah lebih wahh dan merasa pantas untuk merendahkan orang lain.

Ternyata beneran ada sosok laki-laki yang merasa bahwa menjadi “laki-laki” itu lebih superior dibanding “perempuan”. Saya merasakan sendiri adanya sosok laki-laki yang merasa lebih superior dan merasa benar dengan merendahkan perempuan. Di kepala saya terngiang-ngiang perkataannya, yang membuat saya marah dan sekaligus geli.

Sosok ini berkata bahwa:

“Laki-laki itu lebih pintar dari perempuan, bisa dilihat dari penemu-penemu yang lebih banyak laki-laki dibanding perempuan”

“Perempuan cuman menang rajin dan teliti”

“Sebagai laki-laki, lebih memilih perempuan yang biasa-biasa saja, yang tidak terlalu pintar. Nanti repot kalau pintar”

Memang sah-sah saja mengatakan opini nya, dan sah juga kalau saya sangat menentang pemikiran dangkal ini. Saya paham betul menjadi perempuan itu berat dan harus siap terima kalau ada sosok-sosok yang seperti itu di sekitar kita. Dan beneran ada sosok tersebut di kehidupan nyata.

Terkait fisik, masih saja ada orang-orang yang menghina fisik menjadi hal yang wajar untuk diungkapkan. Saya menemukan orang-orang tersebut dengan santainya menganggap fisik sebagai sesuatu yang agung untuk dibahas. Pemikiran tersebut terlalu dangkal, namun karena hal tersebut membuat saya marah dan sekaligus geli. Terlalu banyak orang yang membahas fisik, hingga membuat saya mual untuk mendengarnya.

Di lingkungan baru saya ini, lebih sering laki-laki yang membahas fisik perempuan. Mereka berpikir bahwa perempuan itu harus putih; perempuan harus kurus, perempuan harus tinggi semampai; perempuan harus ini ina itu. Mereka dengan mudah membandingkan fisik satu perempuan dengan perempuan lain; mereka dengan santainya menilai penampilan perempuan satu dengan perempuan lain; mereka dengan percaya dirinya berpikir bahwa apa yang dilakukan perempuan ini untuk mencuri perhatian laki-laki. Terlalu banyak pemikiran dangkal dan mereka terlalu percaya diri dengan pemikiran tersebut.

Subjek tulisan ini memang terlalu umum untuk dikatakan, yaitu “laki-laki” dan “perempuan”. Dan saya meyakini, tidak semua laki-laki akan berpikiran dangkal seperti tulisan diatas. Dan tidak semua perempuan akan merasa marah dan sekaligus geli jika ada pembahasan tersebut. Ini hanya sekadar opini saya yang ingin sekali dituangkan dan menjadi salah satu cara penenang bagi saya serta kepala saya. Yang perlu diingat sebagai sesama manusia, kita harus sama-sama menghormati dan berpikir berkali-kali terkait apa yang akan diucapkan.

Terima kasih sudah membaca (kalau ada) 

Komentar

Postingan Populer