Kehidupan Pernikahan #marriageisnotscary

 


Lama sekali ingin berbagi di blog #FritaBercerita mengenai kehidupan pernikahan hehe, tapi apalah daya tingkat magerku sangat tinggi dan lumayan sibuk juga sih hihi. Dan kayaknya update blog nya jadi setahun sekali gini yaa hehe.

Ngomongin tentang kehidupan pernikahan, salah satu pemeran utama dan sosok yang berperan penting adalah suamiku. Bisa dibilang salah satu hal yang paling aku syukuri dari adanya pernikahanku adalah aku menikah dengan suamiku. Meskipun sudah pacaran hampir satu dekade, tetap ada hal-hal baru dari satu sama lain yang perlu adaptasi terus menerus.

Jika ada yang bilang bahwa kehidupan pernikahan itu pasti full of s*x, itu salah besar ya. Meskipun s*x juga perlu dibicarakan untuk kenyamanan bersama, tapi kehidupan pernikahan lebih kompleks dari pada itu. Dipernikahanku yang baru berjalan 10 bulan ini, banyak sekali hal-hal yang selalu kami pahami dan pelajari setiap harinya. Dan jika bisa disederhanakan, kehidupan pernikahan itu tidak jauh dari 3K yaitu kasih sayang, kompromi, dan komunikasi.

Kehidupan pernikahan kami, diusahakan untuk selalu memberikan kasih sayang satu sama lain tanpa pamrih. Berkompromi terkait semuanya agar saling menenangkan satu sama lain. Dan berkomunikasi untuk saling memahami tanpa menyakiti. Mungkin kata-kata diatas terlalu lebay atau bagaimana, tapi bagiku itu adalah hal yang terus ada dan harus dijaga. Contohnya gini, awal-awal menikah dipikiranku selalu punya standar sebaiknya istri itu harus selalu ‘melayani’ suami. Melayani dalam pengertian tidak hanya tentang berhubungan suami istri ya, tapi lebih ke menyiapkan makan, membersihkan rumah, mengatur isi rumah, membeli kebutuhan suami dan rumah, dan nantinya memikirkan tentang kebutuhan anak. Mungkin itu adalah hal yang benar dan wajar, tapi dalam hal ini yang membuat aku salah adalah ‘memaksa’ hal itu harus aku sendiri yang melakukan dan harus selesai dalam waktu tertentu. Hingga akhirnya aku malah jadi istri yang pemarah, emosional, gampang nangis dan sering menyalahkan suami tentang apapun kalau tidak sesuai kemauanku. Maka dari itu perlu nya kita berkompromi dan berkomunikasi untuk mengatasi hal tersebut, dalam kasus ini suamiku memberikanku banyak wejangan hehe.

Wejangan dari suamiku cukup menampar aku sebagai istri. Aku yang lumayan gengsian diminta suami untuk selalu minta tolong kalau memang butuh bantuan, diminta suami untuk gak perlu memaksa semua pekerjaan rumah harus aku yang mengerjakan, diminta suami untuk gak perlu menyelesaikan pekerjaan rumah harus selesai satu hari juga, diminta suami kalau capek itu berhenti, dan lain-lain. Karena pada intinya rumah tangga ini kita berdua yang bagun, jadi kita berdua yang harus bekerja sama menyelesaikan, bukan hanya jadi beban satu orang saja. Biarkan rumah tangga atau keluarga lain memiliki prinsip sendiri, tapi untuk keluarga kita prinsip ini yang dipegang. Tidak perlu meniru atau membandingkan tentang kehidupan pernikahan kita dan orang lain.

Berbicara tentang pernikahan, aku dan suamiku selama menjalani pernikahan ini belajar untuk tidak membandingkan dengan pernikahan orang lain, baik itu tentang kondisi ekonomi, kondisi rumah, atau apapun. Karena kami tahu bahwa setiap orang punya kebutuhan dan prioritas masing-masing. Untuk awal-awal, pemikiran ini cukup berat aku lakukan, sebagai orang yang selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, aku perlu selalu belajar menahan diri untuk selalu fokus dengan apa yang aku punya.

Oleh karena itu, dari hal kecil seperti perabotan rumah tangga, aku dan suamiku membelinya secara bertahap dan memikirkan secara matang, tidak perlu melihat tetangga yang sudah lengkap isi rumahnya atau lain-lain. Jika ngomongin tentang kebutuhan rumah, terkadang antara perasaan semangat dan sedih yang kami rasakan. Semangat karena selalu senang kalau bahas rumah dan memperbagus rumah, serta perasaan sedih karena terlalu banyak yang harus dibeli dan diperbaiki haha. Tapi kami punya kata-kata penenang setiap sedih membahas hal itu, yaitu “Gak papa pelan-pelan, bismillah pasti bisa.”

Pernikahan kami masih belum genap satu tahun berjalan, alias masih menginjak 10 bulan di akhir Oktober 2024 ini hehe. Tapi ada satu kejutan yang selalu kami syukuri sejak akhir Februari 2024 kemaren, yaitu alhamdulillah kami diberikan rezeki anak yang lebih cepat, dan insyaallah sebentar lagi aku akan melahirkan. Sejak awal kami memang tidak menunda tapi sangat tidak menyangka akan secepat ini juga :D Tapi seperti kata-kata ku tadi, aku dan suamiku selalu mensyukuri nikmat satu ini. Dan salah satu alasan kenapa kami jadi lebih pelan-pelan untuk memperbagus rumah, karena kami juga harus mempunyai prioritas untuk memberikan yang terbaik buat anak kita. Karena jujur, untuk pengeluaran periksa ke dokter, vitamin, membeli peralatan bayi, cukup menyisihkan uang dan tabungan kita yang belum seberapa. Namun kami selalu bersyukur karena masih dicukupkan setiap hari nya, selalu ada hal-hal yang ternyata masih bisa membuat kita merasa tenang. Kayaknya soon kalau sudah berjalan beberapa bulan, akan aku buat review terpisah menjadi orang tua baru nanti hahaha.

Entahlah apakah ada hikmah dan pembelajaran yang dapat dipetik dari curcol singkat ini, karena lebih banyak cerita ngalor ngidul haha. Tapi jika boleh memberikan wejangan sedikit untuk pembaca (kalau ada) tentang kehidupan pernikahan, kayaknya yang paling penting adalah jangan menikah karena tuntutan lingkungan sekitar. Eh tapi aku dulu juga gitu sih, disuruh orang tua segera menikah. Tapi ini tidak berlaku ke semua nya yaa, kalau aku alhamdulillah dianugerahi suami yang insyaallah dapat membimbingku sampai kapanpun. Karena tidak semua laki-laki atau perempuan mempunya kesiapan terkait pernikahan. Seperti kata-kata ku tadi bahwa pernikahan se-kompleks itu, tapi aku juga tidak membenarkan terkait trend sekarang tentang #marriageisscary. Pernikahan menjadi menakutkan jika kamu menemukan partner yang salah, karena pada dasarnya menikah itu pembelajaran seumur hidup, karena pasti ada hal-hal yang membuat kita harus selalu memahami kembali, tidak hanya dengan ilmu yang sudah dipunya saja, suami istri tetap harus selalu memperluas pemikiran.

Kan ngalor ngidul lagi… pada intinya menikah lah disaat kamu dan partnermu sudah siap dengan kehidupan pernikahan. Dan ketika menikah, mencoba untuk berhenti membandingkan dan berhenti menuntut agar pernikahan kita harus sama dengan orang lain, jangan. Cukup fokus dengan pernikahan kita dan pelan-pelan mencapai mimpi dalam pernikahan yang telah diingkinkan. #marriageisnotscary #fritabercerita

Wow akhirnya bisa menyelesaikan tulisan ini tanpa jeda, sungguh mengesankan, akhirnya tidak numpuk jadi draft seperti sebelum-sebelumnya haha.


Komentar

Postingan Populer