Belajar Memaafkan
(Cerita ini tidak direkomendasikan dibaca orang lain, hanya titipan pribadi)
Disini aku bercerita bukan
berarti aku sudah memaafkan, namun aku masih belajar memaafkan, melupakan, dan
mengikhlaskan. Karena aku paham diriku tidak semurni itu hatinya, masih ada perasaan
sakit dan marah setiap kali teringat kejadian yang aku alami. Namun seperti
pada judulnya, aku masih belajar dan terus belajar tentang cara memaafkan.
Kejadian saat aku hamil menjadi penyebab
aku menulis ini.
“Saat itu aku sedang hamil, aku
masih bekerja di perusahaan X. Ini adalah memori tersakitku. Bagi orang-orang disana
mungin menganggapnya kejadian sepele, lebay, dan bahkan ada yang bilang drama.
Namun, mohon maaf sebelumnya, kejadian tersebut masih terngiang-ngiang diingatanku
betapa tega nya kalian semua memperlakukanku. Saat itu usia kehamilanku cukup
tua, sekitar7-8 bulan. Sudah jelas bahwa perutku terlihat besar, begah saat bergerak,
sangat gampang lelah khususnya area punggung, dan sering kali kram perut
rasanya. Kejadian itu adalah saat ada acara makan siang bersama yang
mengharuskan semua pegawai ikut, tempatnya cukup jauh dari kantor. Dan aku terbiasa
diantar suami jadi gak pernah bawa helm yang stay di kantor. Namun ex-atasan
menyuruh untuk semua pegawai pergi ke tempat makan lebih dulu dengan membawa
motor, termasuk aku. Aku tidak bermaksud ingin dispesialkan karena kondisiku
sedang hamil, sama sekali enggak. Bodohnya aku kenapa aku tetap berangkat
motoran, tanpa helm, disaat panas terik. Lebih baik aku gak ikut atau grab aja,
penyesalan pertama.
Terlanjur ikut, aku tetap
berangkat motoran tanpa helm (sama temenku cewek), motoran paling belakang
cewek-cewek saja, perjalanan kurang lebih hampir 45 menit, karena nyari jalan
kampung (karena gak pakai helm, daripada kena tilang polisi). Sesampainya di
tempat, ada satu orang disana yaitu ex-atasan bilang “Oh iya lupa, kamu lagi
hamil ya?” Penyesalan kedua, aku nangis bombay karena memang hormonku sensitif
banget (lebih baik orang lain gaktau aku sedang nangis). Aku telpon suami yang
sedang di luar kota, dia marah, dan langsung mesenin aku grab untuk perjalanan
pulang. Namun ex-atasan bilang kalau dia aja yang antar buat cewek-cewek ikut
naik mobil dia. Oiya, ex-atasan berangkat berdua dengan satu pegawai laki-laki
sehat tanpa kekurangan fisik dengan naik mobil. Penyesalan ketiga, jadinya aku
sama cewek-cewek lain naik mobil itu, padahal harusnya tetap pulang sendiri naik
grab (sangat menyesal).”
Mungkin kejadian seperti ini harusnya tidak menjadi hal yang perlu dibuat dendam atau marah, aku menyadari. Namun bagiku yang saat itu yang sedang hamil dan takdir anak ku meninggal, semua itu aku hubungkan. Aku tau aku salah, namun menurutku sikap mereka tetap tidak bisa dilupakan dengan mudah. Tidak ada kata maaf bagi mereka-mereka yang tidak sadar diri. Menurutku sikap yang salah adalah:
- Ex-atasan harusnya sadar bahwa semua yang cewek, harusnya ikut mobil dia. Tidak hanya aku yang hamil. Namun nyatanya dia sama satu pegawai cowok yang sehat dan tidak dalam kondisi perlu diperhatikan.
- Bad case kalau aku terlanjur motoran, pegawai cowok lain yang motoran, harusnya mendampingi kami (2 cewek) yang motoran sendiri paling belakang. Fyi, yang lainnya berboncengan cowok-cowok dan cowok cewek (lupa jumlah nya berapa). Jadi hanya aku dan temenku yang boncengan cewek-cewek.
- Mereka harusnya meminta maaf atas sikap nya. At least tidak perlu bilang lebay, drama, atau prengat-prengut karena kondisi itu.
Dan ada satu orang yang ada di
perusahaan itu, yang masih sempat nya bilang ke orang lain tentangku, dan tentang
anakku yang sudah meninggal dengan kata-kata yang gak patut diucapkan oleh sesama
perempuan dan sama-sama pernah berduka (tidak bisa aku tuliskan kata-katanya,
karena terlalu sakit dan gak pantas). Semoga Anda tidak pernah merasakan hal
itu, cukup aku saja.
Bagiku, memaafkan adalah hal yang
mudah dan bahkan itu bukan menjadi permasalahan. Aku menyadari bahwa tidak
semua orang menyukai ku, atau senang atas kehadiranku. Aku sangat tau hal
tersebut. Jadi pasti ada saja perlakuan yang tidak adil atau kasar yang
diberikan ke aku. Aku gak masalah, karena manusia tidak ada yang sempurna. Dan aku
mudah saja untuk melupakan.
Namun untuk satu kejadian ini,
aku tidak bisa melupakan. Kejadian mengenaiku saat aku hamil atau tentang
kematian anak ku, aku masih teringat jelas. Mohon maaf sebelumnya bagi kalian,
aku tidak bisa melupakan dan memaafkan dengan ikhlas, masih belum, aku belum
mampu. Kejadian tersebut masih menghantui di kepalaku, bahkan hingga detik ini.
Tapi aku berharap bagi kalian semua, semoga kalian dan keluarga tidak akan
pernah menerima kejadian seperti ini.
Aku tau, tulisan ini tidak patut
untuk dibagikan. Mungkin saja mereka hanya tidak menyadari, atau mereka hanya
fokus dengan dirinya sendiri, aku memahami. Namun tulisan ini fungsinya hanya
untuk aku, aku tujukan untuk diriku sendiri, sebagai salah satu obatku untuk
melupakan dan mengikhlaskan. Aku hanya ingin menangani rasa sakit ini dengan
caraku. Aku ingin meluapkan perasaanku di blog ini.
Jika ada yang membaca tulisan
ini, ini tidak patut untuk dicontoh, bahkan tidak patut untuk dibaca. Namun aku
hanya ingin mengenang, dan suatu hari akan aku hapus karena aku sudah berdamai
dan memaafkan. Aku selalu berdoa untuk dilapangkan hatiku agar selalu
mengikhlaskan atas apapun takdirku, ataupun semua yang terjadi padaku. Namun aku
masih belajar. Aku masih belajar mengikhlaskan. Aku masih belajar memaafkan.
Komentar
Posting Komentar