SENSUS PENDUDUK 2020 #MencatatIndonesia
PART 2
Sekarang mulai cerita pengalaman ku yang agak rinci yaa (semoga bermanfaat hehe)
Seperti yang udah aku tulis dibagian atas tadi, pada siang hari yang cerah tanggal 3 Agustus 2020 aku mendaftar sebagai petugas sensus, khusunya petugas cacah di lapangan. Aku nulis surat lamaran kerja yang disediakan, ngisi form online, terus menyiapkan persyaratan (ijazah terakhir, foto copy ktp, dan foto 4x6). Dan ada persyaratan lain juga yang harus dipenuhi yaitu, wajib punya hp berbasis android atau sejenisnya dengan spesifikasi minimum versi 4.0.3 dengan GPS internal, kapasitas memori internal min 1GB, RAM min 2 GB dll. Dan untungnya hp ku saat itu udah baru wkwkw alhamdulillah.
Terus
tanggal 6 Agustus 2020, aku ada tes wawancara calon petugas SP2020. Kukira gak
bakal ada wawancara nya dongg, ternyata ada wkwk. Tapi wawancaranya pake mode
google form gitu sih, jadi aman. Dan menurutku kayak bukan wawancara, tapi yaa
ngisi form wkwk. Soalnya yang aku tahu, wawancara itu percakapan tatap muka
antara si wawancara dan si narasumbernya (otw buka google dulu wkwk)
Dan
engg ingg engg
Tanggal
24 Agustus 2020, tiba-tiba ada group di WA. Dan ternyata itu group SP2020
kecamatan ku. Dengan kaliman pembuka “Selamat datang di group petugas SP2020
kec. Tulangan. Yang masuk grup ini adalah petugas-petugas SP2020 bulan September
yang sudah dinyatakan LULUS oleh tim rekruitmen petugas SP BPS Kab. Sidoarjo”.
Wiihh ternyata beneran.. aku bakal jadi petugas SP2020 wkwk. Oyaa.. kalau di
desa ku ada 3 petugas sensus yang bertugas. Aku, mbak Sifah, dan Bu Erna
Setelah
itu, karena memang lagi masa-masa pandemi corona, semua petugas wajib melakukan
Rapid Test. Aku dijadwalkan hari Rabu tanggal 26 Agustus 2020. Prosesnya nggak
lama sih, sampai puskesmas di kecamatan disuruh cuci tangan, absensi, nunggu
sebentar, terus dipanggil dengan nunjukin foto copy ktp dan ngisi form
persetujuan, setelah itu tes rapid deh. Sumpahh.. sakit banget wkwk, ini rapid
test kedua ku. Yang pertama cuma suntik jari, terus yang kedua di bagian
lengan. Sampai semingguan bekas suntiknya masih berwarna terus, karena aku
emang cupu banget kalau suntik wkwk.
Hasil
rapid tes nya bisa diambil besoknya, yaitu tanggal 27 Agustus 2020 dengan
membawa KTP asli. Dan alhamdulillah... aku hasilnya non reaktif (yeayy)
Terusss... dihari yang sama, sore nya banyak bange orang-orang di grup sensus penduduk itu keluar. Didalam hati ngomong, apa gak jadi sensus yaa.. kok pada keluar semua. Dann ternyataaa, orang-orang yang keluar itu dinyatakan reaktif saat rapid tes. Dan termasuk salah satu anggota tim di desa ku dan koordinator desa ku. Dan harus mencari penggantinya.
Karena
kondisi pelaksanaan sensus kali ini bakal berbeda dibanding tahun-tahun yang
lalu (gara-gara corona huu), perbedaan itu termasuk pelatihan buat petugas
sensus. Kalau dulu pelatihan dilaksanakan secara langsung (yang biasanya di
hotel dan menginap), kalau kali ini dilaksanakan dengan metode pemebelajaran
mandiri L. Jadi.. petugas sensus bisa
belajar dengan nonton TV atau streaming
di TVRI/ RRI, atau bisa juga nonton di youtube nya BPS Jatim. Kemudian untuk
materi pembelajaran nya mengunduh sendiri, dan kita bener-bener harus memahami
tanpa tutor langsung. Sumpahh.. awal-awal baca materinya itu kok bingung,
banyak singkatan-singkatan yang aku bingungi pada awalnya, terus aku nonton
videonya, yaa makin pusing sih tapi paham wkwk.
Selain
belajar mandiri tanpa tutor, ternyata aku juga wajib mengikuti tes pendalaman.
Tujuannya sih untuk mengevaluasi hasil pembelajaran mandiri. Tesnya
dilaksanakan tanggal 30-31 Agustus 2020 secara online juga. Soalnya sih gak terlalu banyak, tapi tetep aja tetep
kudu belajar, biar hasilnya gak memalukan diri sendiri wkwkwk. Dan
alhamdulillah, bisa dianggep nilai ku diatas KKM lahh (tapi kkm versi aku
sekolah dulu wkwk)
Oyaa..
sebelum tanggal tes pendalaman, sudah ada anggota baru yang masuk di grup
sensus penduduk Kec. Tulangan. Anggota baru untuk menggantikan yang reaktif
corona. Jadii untuk perwakilan desa ku ada tiga orang yang fix, yaitu aku, mbak
Sifah, dan Ilma.
Ditanggal
31 Agustus 2020 ada undangan untuk briefing petugas sensus penduduk 2020
sebelum besok dimulai (wiiii.. cepet banget besok udah September). Tempat
briefing nya di Kantor Kecamatan Tulangan jadwalnya pukul 08.30- 11.30. Aku dan
teman tim ku berangkat jam 8.20, karena emang deket kan tempatnya. Disana baru
ada dua orang yang nunggu, jadi berlima sama tim ku. Agak molor acaranya,
karena pesertanya pada telat datang, ya memang kebanyakan dari perangkat/pamong
desa yang jadi petugas sensus. Kalau gak salah baru dimulai jam 9 lebih, disitu
kami udah dikasih dokumen dan perlengkapan petugas sensus. Tapi sebelum itu,
kami harus menandatangani surat perjanjian kerja (+ membawa materai sendiri)
dan pengumpulan kelengkapan berkas lamaran bagi yang belum. Oyaa.. peserta
briefing juga diberikan konsumsi berupa snack dan air putih.
Untuk
perlengkapan yang didapat saat aku briefing kemaren yaitu dibawah ini. Tas
ransel bertuliskan sensus penduduk, rompi sensus penduduk, id card,
perlengkapan kesehatan karena adanya covid (masker, sarung tangan plastik, hand sanitizer, dan face shield), notebook,
alat tulis (2 pensil 2B, silet, dan penghapus), papan dada, dan modul
pembelajaran sensus penduduk.
Setelah
semua beres.. briefing petugas dilanjutkan dengan adanya presentasi dari
koordinator dari BPS Sidoarjo, yakni Bu Uus. Beliau menjelaskan secara langsung
mengenai gambaran umum sensus penduduk, perbedaan sensus penduduk tahun 2020
ini, dan menjelaskan mengenai pengisian serta pilihan jawaban untuk kasus-kasus
tertentu. Sehingga saat briefing tersebut memperjelas penjelasan dari hasil
belajar mandiri kemaren wkwk. Diakhir acara, kami dibagikan dokumen sensus
penduduk.
Dokumen
nya itu berupa SP2020-DP2 beserta peta pada masing-masing Lingkungan terkecil
(SLS/Desa/RT). SP2020-DP2 itu sudah ada semua nama penduduk yang ada di RT
tersebut, jadi daftar ini kita harus konfirmasi ke RT nya, apakah nama penduduk
ini bener ada di RT ini? Apakah ada tambahan anggota/ ada pengurangan anggota?
Dan menandai rumah dari peta yang sudah disediakan.
Sedangkan dokumen SP2020-DPD (Daftar Penduduk pada Desa/Kelurahan yang tidak diketahui SLS nya). SP2020-DPD ini berisi semua nama-nama penduduk satu desa yang tidak diketahui tempat tinggalnya, jadi aku dan tim harus bener-bener mendata tiap orang nya dan rumahnya.
Sekedar
info wkwk
Sebelum
berangkat briefing sensus penduduk, aku udah deg-deg an banget karena aku takut
kedapetan RT di desa ku yang jauh dan aku gak kenal. Karena pada dasarnya
akutuh anak yang juarang dan hampir gak pernah keluar rumah, kecuali pengen
beli makanan atau ada yang penting-penting gitu. Bahkan aku aja gatau nama
tetangga deket rumah L parah banget kann.
Dann
ternyataaaaa
Aku
kedapetan wilayah RT yang jauh, yang kebalikan dari rumahku yaitu dibagian
selatan (rumahku utara), dan aku bener-bener gatau rumah dan orang-orang
disitu. Aku kedapatan 5 RT (yang aku gatau samsek), dan aku kedapetan mendata
perumahan baru di desa ku + kedapatan mendata 3 sawah. Jadi total berkas+peta
nya ada 9, sedangkan 2 temenku yang satu desa mereka kedapetan 5-6 aja. Tapiii
yasudahlah disyukuri ajalahh.. hihihi
Okeeee..
aku pulang dengan membawa setumpuk berkas yang aku gatau sama sekali. Dan aku
cerita ke mamak ku, dan katanya “Gapapa mbak.. malah enak gak di RT nya kita,
biar kenal orang luar juga. Gampang kok mbak” (padahal dalam hati, RT sendiri
aja gak kenal, apalagiiii huu)
Tanggal
1 September 2020. Dimulailah aku bekerja sebagai petugas sensus penduduk,
khususnya petugas cacah lapangan. Aku semangat, sampe aku pakai baju kayak mau
berangkat kuliah (kemeja, celana kulot, kerudung rapi, cakeplahh pokoknya wkwk)
dan pakai perlengkapan sensus, kayak rompi, id card, masker dll.
Langkah awalku aku tanya ke RT 1, karena emang
prosedurnya harus ke RT dulu untuk konfirmasi daftar penduduknya. Aku berangkat
pagi pukul 8 untuk tanya-tanya ke RT nya, dan alhamdulillah RT nya adalah orang
tua temen TK ku, dan surprisingly masih
inget aku wkwk, jadi lancar aja gituu wkwkwk. Selanjutnya aku ke RT 2, untuk
tanya-tanya juga tentang penduduk disitu. Karena cuma sebentar aja, siangnya aku
ke balai desa ngurus perijinan sama temen tim.
Tanggal
2 September 2020. Aku memutuskan untuk verifikasi lapangan RT 1 beserta bu RT
yang menemaniku (sesuai aturan nya), jadi aku mulai jalan rumah per rumah untuk
nanyain penduduk di rumah itu, apakah ada penambahan/pengurangan, dan aku juga
menomori bangunan. Sumpahh ini cape banget harus jalan, kepanasan, aku mulai
dari jam 8 sampai 12. Dan alhamdulillahh, meskipun ada yang kosong karena ada
yang keluar, tapi sebagian terisi. Terus sorenya aku lanjut sendiri buat yang
belum-belum.
Terus
untuk hari-hari berikutnya aku lanjutin hal yang sama. Tapi ada 3 RT yang
berhalangan menemaniku, jadi aku minta tolong sama orang yang paham diwilayah
tersebut. Namun sebelumnya harus melampirkan surat pernyataan untuk
menggantikan RT (sudah disediakan sih sama pihak BPS).
Saat
verifikasi lapangan kerumah-rumah, banyak banget kejadian yang aku alami wkwk.
Dimulai dari datengin rumah temen TK dan MI ku yang gak pernah aku tahu
rumahnya, tiba-tiba ehh “eh aku Ayu temen MI mu wkwkwk” terus orang tuanya
bilang, “lohh pean Ayu ta?, kok beda? Tambah kurus yaa.. perasaan dulu gemukan?”
(jadi sejak itu aku baru menyadari kalau aku pernah gemuk wkwkwk). Jadi semacam
reuni dadakan gitu deh wkwkw. Selain itu, aku jadi bener-bener ngelihat tatanan
rumah-rumah yang ada di desa ku. Bener-bener ngelihat, dan jadi agak hapal
rumah siapa, namanya siapa.
Teruss..
karena aku kebagian mendata penduduk yang ada di perumahan baru di desaku, jadi
didalam dokumen SP2020-DP2 itu gak ada sama sekali nama-nama penduduk, dan
karena memang perumahan nya baru, jadi masih belum dibentuk susunan RT dan RW
nya. Jadii.. aku harus ke rumah-rumah setiap blok yang ada penduduknya untuk
meminta data diri berupa no KK, NIK, nama, dan jumlah penduduk di rumah itu.
Menurutku
agak drama ya kalau sensus di perumahan, fyi aja, aku sedari dulu paling takut
sama orang-orang yang ada di perumahan. Sebelum sensus kayak gini,
aku udah beberapa kali ikut survei-survei baik itu diperumahan, perusahaan atau
tempat usaha gitu. Dan sejak ikut survei-survei kayak gitu, tetep aja paling
parno kalau ke perumahan. Gatau kenapa yaa.. mindset ku kalau orang-orang yang
ada di perumahan itu adalah orang yang berpendidikan semua, intinya orang yang
pinter dan paham lah, jadi aku kayak ngerasa grogi dan insecure gitu wkwk.
Dan
ternyata bener dong, waktu pertama kali men-sensus ke perumahan di desa ku, aku
kayak ngerasa takut dan grogi wkwk (padahal aku anaknya emang selalu takut untuk
memulai wkwk). Aku dateng kesana saat sore hari dengan keadaan yang lemes,
soalnya dar pagi sampe siang aku udah jalan-jalan ke RT sebelumnya. Dan bodohnya..
aku gak pake atribut lengkap saat ke perumahan. Cuma pakek id card aja dan gak
pake rompi (dan kurang meyakinkan emang, aku sendiri mengakuinya wkwk).
Terus
besok pagi nya aku dateng lagi, dan ini dengan semangat + dengan atribut
lengkap. Wow.. orang-orang pada welcome atas kehadiranku, aku perkenalan
nujukin surat tugas, dan yeah selesai. Emang bener yaa.. penampilan itu secara
gak langsung itu penting banget buat meyakinkan orang yang akan kita hadapi. Dan
yang gak kalah penting, dari diri kita juga harus yakin dan percaya diri. Karena
itu akan memancarkan aura kita saat bertemu sama orang.
Seru
juga ternyata door to door saat
sensus, kita jadi tahu orang luar, kita juga tahu kepribadian setiap orang. Dan
aku juga dapet cerita yang lucu dan sedih saat aku kerumah-rumah.
Kalau
yang cerita lucu itu saat aku men-sensus di perumahan. Jadi aku datangi suatu
rumah dan memperkenalkan diri kalau aku adalah petugas lapangan sensus
penduduk, disitu cuma ada satu ibu-ibu dan mempersilahkan aku untuk duduk. Aku udah
jelasin maksud dan tujuan ku, eh gatau nya, si ibu itu tiba-tiba ngambil kertas
catetan ku dan nulis nama-nama penduduk di perumahan itu. Tujuan awal ibu itu
sih baik nulis-nulis nama buat mbantu aku, tapi beliau nulis setiap nama itu
sambil ngomong gini “aku tulisin semua nama geng setiap blok ya mbak, emang
agak cerewet sih ibu ini tapi gapapa mbak, nanti bisa mbantu kok”. Hmm terus
aku potong omongan ibu itu biar aku segera mendata yang ada dirumahnya, dan
ternyata orang itu yang gamau didata sama aku. Didalam hati, LAHH terus
daritadi ngapain aku, lama banget, aku rugi waktu jadinya L.
Terus
ada cerita yang sedih, eh tapi ini menurutku sih hehe. Masih sama saat aku
sensus di perumahan juga, ada suatu rumah yang mau aku data dan memang rumah
tersebut ada dibagian dokumen SP2020-DPD (Daftar Penduduk pada Desa/Kelurahan
yang tidak diketahui SLS nya). Data beliau sudah ada, dan aku perlu konfirmasi
aja. Aku udah 3x kerumah tersebut tapi cuma ada satu ibu yang sudah berumur aja
dirumahnya. Ibu tersebut cuma bisa ngobrol sama aku lewat jendela, karena
memang ceritanya beliau dikunci sama yang punya rumah, dan yang punya rumah
adalah anaknya sendiri. Katanya, beliau sama anaknya sedang bertengkar dan gak
pernah ngobrol. Jadi kalau semisal mau keluar, beliau keluarnya lewat jendela,
beliau masaknya juga didalam kamar. Kebetulan beliau itu pedagang kue keliling
sambil jalan.
Jadi
aku kesana pagi-pagi banget, dan ibu itu sudah ada didepan rumah untuk
siap-siap keliling buat jualan. Beliau bilang, anak dan menantunya ada didalam.
Saat sudah dibuka pintunya aku memperkenalkan diri dan bertanya tentang jumlah
penduduk dirumah ini. Beliau memperlihatkan nama-nama KK nya, dan tanpa ibu
yang berjualan tadi. Tapi, karena didalam DPD ku butuh konfirmasi NIK dari ibu
(yang berjualan tadi), jadi aku membutuhkan NIK nya, tapi anaknya tidak punya
KTP nya, dan yang didaftarkan di sensus penduduk online hanya bertiga tanpa ibu
tadi. Karena aku pikir tidak ada penyelesaian, aku nyamperin ibu tadi, dan
ibunya sudah ndak ada, ternyata sudah berjalan dan sudah jauh, untungnya
ketemu. Terus aku tanya mengenai NIK nya, ternyata beliau tidak diuruskan oleh
anaknya, beliau tidak punya NIK dan KK. Beliau pun tidak punya apa-apa, dan
bersyukur sudah bisa berjualan seperti ini. Hmm sedih gak sih? Kok tega anaknya
kayak gitu ke ibu nya sendiri, aku langsung berdoa semoga aku dimasa depan
selalu berbaik hati dan menyayangi orang tua ku.
Setelah
kupikir jalan ke lapangan sudah selesai semua dan kurasa sudah cukup lengkap,
aku mulai fokus di rumah untuk merekap dan merapikan semuanya. Dan mungkin
masih ada perbaikan atau yang kurang. Cukup lama buat merapikan semuanya, dan
aku masih ada yang kurang-kurang dan meminta tanda tangan RT.
Setelah
kupikir selesai, aku mencoba buat ngehubungin temen tim yang lain, ternyata
masih ada yang belum selesai, karena mereka kebetulan dapat RT yang penduduk
dan rumahnya padat, jadi lumayan ribet.
Harusnya
tanggal 15 September 2020 pengumpulan dokumen petugas sensus, meskipun tugas
kita sampai tanggal 30 September 2020. Karena dimaksudkan untuk revisi untuk
yang kurang, agar bisa diperbaiki. Jadi untuk petugas di desa ku, tanggal 17
September 2020 mengumpulkan, dan khususnya aku pengen banget ngumpulin, karena
udah bosen banget lihatnya. Semakin dilihat malah makin bingung, dan malah
bikin muntah wkwkwk. Dan akhirnya selesai.. tapi gatau sih bakal ada revisi atau
enggak (semoga enggak deh yaaa).
Kok
aku pikir-pikir ceritanya agak gak penting yaa, ini malah jadi sesi curhat yang
kurang kerasa manfaatnya wkwk. Tapi gapapa lah, mumpung pengen ngetik, dan ini
sebagai pengingat ku aja.
Terimakasihh
Komentar
Posting Komentar